SEBELUM membaca artikel ini lebih lanjut, coba Moms & Dads mencerna judul di atas! Ternyata tak hanya sampah yang harus dibuang pada tempatnya, kan? Uang juga bisa “dibuang” pada tempatnya, loh!
Sekarang coba jujur, siapa yang dikenal paling boros? Moms-kah? Or Dads?
Tak ada persentase yang pasti
Sejauh ini memang belum ada data yang menunjukkan berapa persentase keborosan antara pola pembelanjaan istri dibandingkan dengan suami.
Namun, biasanya kaum perempuan mendapat predikat sebagai ratu belanja. Sedikit-sedikit ngemal. Nggak boleh lihat barang sedang diskon, pasti langsung disambar, he...he...he. Tahu-tahu, pulang sudah menjijing aneka belanjaan.
Jangan bersorak kegirangan dulu Dads. Kaum laki-laki memang jarang belanja, tapi sekalinya “buang uang” bisa berkali-kali lipat besarnya dari yang dibelanjakan perempuan. Biasanya terkait dengan hobi seperti membeli aksesoris mobil, sepeda, gadget terbaru, dan aroma kegiatan pria lainnya.
Nah, tidak berimbangnya pengeluaran belanja yang berimbas pada kondisi keuangan keluarga memang tak ubahnya menggelindingkan bola salju. Awalnya tampak sepele tapi hati-hati keborosan ini bisa saja “menggoyang” harmoni keluarga.
Tak sedikit loh pasangan yang ketika diperingati untuk tidak menghamburkan uang, justru memberikan respon yang membuahkan perselisihan cukup dalam. Beberapa ada yang mengambil jalan untuk membuat rekening pribadi sendiri di luar pengetahuan pasangan. Bahkan ekstrimnya ada yang kemudian memilih berpisah karena tak sanggup menghadapi keborosan pasangannya yang telah meninggalkan banyak utang. Mengerikan, ya?
Alasan menjadi boros
Kenapa orang boros? “Orang boros karena berpikir bahwa uangnya ada atau akan ada nantinya. Jadi bagaimana supaya dia nggak boros? Bikin supaya uangnya nggak ada! Dengan cara, begitu uang masuk, langsung ditarik untuk investasi dan tabungan,” papar perencana keuangan Aidil Akbar Madjid MBA CFE CFP RIFA RFC, Managing Partner/Senior Advisor dari Akbar's Financial Check Up.
“Kedua, karena ia tidak mengetahui bahwa ke depannya akan membutuhkan uang dalam jumlah banyak. Biaya pendidikan untuk anak setiap tahun naik, begitu juga dengan biaya-biaya yang lain. Ketika kita menyadari betapa tingginya biaya-biaya di masa depan, pasti tidak akan berani boros,” tambah pria berkacamata ini lagi.
Nah melihat itu, ada baiknya kata bijak benar-benar disematkan dalam mengatur keuangan keluarga. Ya, bijaklah dalam menggelontorkan uang karena tak hanya sampah yang dibuang pada tempatnya, uang pun harus dikeluarkan pada tempatnya. Sesuai porsinya!
(Mom& Kiddie//tty)
Sekarang coba jujur, siapa yang dikenal paling boros? Moms-kah? Or Dads?
Tak ada persentase yang pasti
Sejauh ini memang belum ada data yang menunjukkan berapa persentase keborosan antara pola pembelanjaan istri dibandingkan dengan suami.
Namun, biasanya kaum perempuan mendapat predikat sebagai ratu belanja. Sedikit-sedikit ngemal. Nggak boleh lihat barang sedang diskon, pasti langsung disambar, he...he...he. Tahu-tahu, pulang sudah menjijing aneka belanjaan.
Jangan bersorak kegirangan dulu Dads. Kaum laki-laki memang jarang belanja, tapi sekalinya “buang uang” bisa berkali-kali lipat besarnya dari yang dibelanjakan perempuan. Biasanya terkait dengan hobi seperti membeli aksesoris mobil, sepeda, gadget terbaru, dan aroma kegiatan pria lainnya.
Nah, tidak berimbangnya pengeluaran belanja yang berimbas pada kondisi keuangan keluarga memang tak ubahnya menggelindingkan bola salju. Awalnya tampak sepele tapi hati-hati keborosan ini bisa saja “menggoyang” harmoni keluarga.
Tak sedikit loh pasangan yang ketika diperingati untuk tidak menghamburkan uang, justru memberikan respon yang membuahkan perselisihan cukup dalam. Beberapa ada yang mengambil jalan untuk membuat rekening pribadi sendiri di luar pengetahuan pasangan. Bahkan ekstrimnya ada yang kemudian memilih berpisah karena tak sanggup menghadapi keborosan pasangannya yang telah meninggalkan banyak utang. Mengerikan, ya?
Alasan menjadi boros
Kenapa orang boros? “Orang boros karena berpikir bahwa uangnya ada atau akan ada nantinya. Jadi bagaimana supaya dia nggak boros? Bikin supaya uangnya nggak ada! Dengan cara, begitu uang masuk, langsung ditarik untuk investasi dan tabungan,” papar perencana keuangan Aidil Akbar Madjid MBA CFE CFP RIFA RFC, Managing Partner/Senior Advisor dari Akbar's Financial Check Up.
“Kedua, karena ia tidak mengetahui bahwa ke depannya akan membutuhkan uang dalam jumlah banyak. Biaya pendidikan untuk anak setiap tahun naik, begitu juga dengan biaya-biaya yang lain. Ketika kita menyadari betapa tingginya biaya-biaya di masa depan, pasti tidak akan berani boros,” tambah pria berkacamata ini lagi.
Nah melihat itu, ada baiknya kata bijak benar-benar disematkan dalam mengatur keuangan keluarga. Ya, bijaklah dalam menggelontorkan uang karena tak hanya sampah yang dibuang pada tempatnya, uang pun harus dikeluarkan pada tempatnya. Sesuai porsinya!
0 komentar:
Post a Comment